Jumat, 07 April 2017

cengkeh

Image result for cengkeh 
Cengkih atau cengkeh merupakan tanaman asli asal Indonesia. Tanaman ini biasa dijadikan bumbu masakan baik itu ketika masih utuh atau yang sudah menjadi bubuk. Di Indonesia sendiri cengkeh biasa digunakan sebagai bahan rokok kretek. Namun cukup banyak varian kue kering yang menggunakan cengkeh sebagai hiasan dan penambah rasa di kue kering tersebut.

Sifat cengkeh yang hangat membuatnya sangat cocok untuk dijadikan campuran minuman di kala cuaca dingin. Selain mampu menghangatkan tubuh, cengkeh pun memiliki banyak manfaat lain, berikut beberapa manfaat dari cengkeh :

Manfaat Cengkeh

1. Menyehatkan Jantung

kandungan eugenol pada cengkeh sangat baik bagi kesehatan jantung. Eugenol mampu mencegah pembekuan darah sehingga aliran darah bisa mengalir dan lancar. Darah yang lancar sangat baik bagi kesehatan jantung dan mencegah terkena penyakit jantung bahkan stroke.

2. Anti bakteri dan Jamur

Eugenol dikenal sebagai antiseptik alami. Kandungan eugenol pada cengkeh juga baik bagi kesehatan kulit. Sifat anti bakteri dan jamur nya mampu mengatasi beberapa penyakit kulit yang di sebabkan oleh jamur. Caranya cukup mudah, Anda hanya perlu merebus beberapa cengkeh, ambil airnya dan oleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Setelah beberapa saat bilas dengan air bersih.

3. Anti Inflamasi/peradangan

Di dalam cengkeh juga ditemukan beberapa zat aktif seperti flavonoid. Flavonoid ini sangat baik dalam mencegah peradangan. Sifatnya yang anti inflamasi mampu mencegah peradangan.

4. Meringankan Infeksi Saluran Pernafasan

Kandungan antioksidan dan berbagai zat lainnya yang mampu membunuh kuman pada cengkeh ini bisa jadi alternatif untuk membantu meringankan infeksi saluran pernafasan. Rasa hangat pada cengkeh bisa jadi ekspektoran untuk membantu menyembuhkan gangguan pernafasan.

5. Mengatasi Mual dan Muntah

Beberapa kandungan pada cengkeh sanagt baik bagi mereka yang mengalami masalah mual dan muntah. Cengkeh dan minyak cengkeh dapat menjadi solusi bila kalian sedang mengalami masalah ini.

6. Mengobati Sakit Gigi

Cengkeh dikenal dapat membantu mengobati sakit gigi. Kandungan pada cengkeh dipercaya bisa menjadi antibiotik untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada pada gigi. Caranya sederhana, tempelkan kapas yang telah dimasukan ke dalam minyak cengkeh kemudian tempel di bagian gigi yang terasa sakit.

7. Meningkatkan Sistem Pencernaan

Dalam jumlah yang tepat cengkeh mampu meningkatkan sistem pencernaan. Namun jika berlebihan bisa mengiritasi lambung. 

buah pala

 Image result for buah pala

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

Pohon ulin

Image result for pohon ulin 

Ulin atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Kalimantan.[1] Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan.[2] Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan.[1]

Morfologi

Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm [3]. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.[3] Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.[4] Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras.[4] agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin.[5] Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlobang.[5]

Pemuliaan

Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik.[6] Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit.[6] Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok.[6] Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m.[6] Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur.[6] Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500–4000 mm.

palem merah

Image result for palem merah
Cara Mudah Budidaya Tanaman Palem Merah – Palem merupakan tanaman hias yang cukup banyak diidolakan oleh para penggiat tanaman hias. Kepopulerannya ini didasarkan oleh karena perawatannya yang mudah namun sosoknya tak kalah anggun dengan tanaman hias jenis lainnya. Akibat dari kepopulerannya ini, peminat tanaman palem pun semakin hari semakin bertambah banyak.  Salah satu jenis palem yang paling disukai adalah palem merah. Palem merah merupakan palem yang tergolong unik karena kelopak dibawah daunnya yang berwarna merah menyala. Palem merah menjadi yang paling diidolakan karena kombinasinya yang cantik antara warna pada batang dan daunnya yang tidak terlalu panjang ataupun lebar. Oleh karena hal-hal tersebut, permintaan akan tanaman ini pun akan tidak dapat tercukupi, jika upaya pembudidayaannya tidak banyak dilakukan.
1.1
Pembudidayaan palem merah mulai banyak digandrungi dan dilirik oleh para pengusaha tanaman hias. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi anda yang juga ingin membudidayakan tanaman ini. Hanya terdapat beberapa langkah penting yang harus diperhatikan dalam budidaya palem merah. Apa sajakah mereka? Mari kita pelajari bersama berikut ini:
  • Teknik pembibitan; menghasilkan anakan dari palem merah tergolong cukup sulit dan membutuhkan waktu cukup lama berkisar satu bulan. Terdapat dua cara untuk menghasilkan anakan dari palem merah yaitu melalui irisan bertahap atau irisan langsung. Irisan bertahap dilakukan dengan mengiris bagian rimpangan anak sebesar satu per empat bagiannya secara bertahap dengan selang waktu 10 hari. Irisan dilakukan hingga setengah bagian, tiga per empat bagian, dan akhirnya dapat dilepas dari induknya. Sedangkan irisan langsung dilakukan dengan mengiris secara langsung anakan sampai putus tetapi tidak melepaskannya dari rumpun. Diamkan irisan tersebut berkembang selama beberapa bulan. Setelahnya, barulah gali tanah di sekitaran irisan anakan dan angkat bagian tersebut dengan teknik putaran.
  • Teknik pengolahan media tanam; palem merah dapat dibudidayakan dalam media tanam berupa pot. Akan tetapi, pot yang baik untuk budidaya palem merah adalah pot yang terbuat dari tanah liat. Untuk ukurannya sesuaikan dengan ukuran induk dari bibit palem yang akan ditanam. Media tanah lebih baik disiapkan pada tanah dengan pH 6,5 dan dengan perbandingan sebagai berikut, tanah : pasir : pupuk kandang = 1 : 1 : 1 atau sekam padi : sabut kelapa : pasir = 1 : 2 : 1.
  • Teknik pengapuran; mengingat kondisi tanah yang asam perlu diberikan kapur dolomite dengan kadar 200 gram per 10 kilogram media tanam.
  • Teknik penanaman; jika ditanam di halaman bukan dalam pot, maka harus diberikan jarak antar tanaman sekitar 3 meter. Lalu untuk ukuran lubang tanaman dapat disiapkan sejak 2 minggu sebelumnya dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm atau sesuai ukuran bibitnya. Teknik penanaman adalah dengan memasukan tanaman dan menimbun akarnya hingga pangkal batang. Lalu padatkan tanah disekitarnya untuk memastikan tanaman dapat tumbuh dengan kokoh.
  • Teknik pemupukan; dilakukan sesuai dengan besar ukuran palem yang ditanam. Intensitas pemberiannya pun ditentukan sebagai berikut, untuk pupuk organik sebanyak 2 sampai 4 kali dalam setahun sedangkan pupuk anorganik 2 sampai 3 kali dalam setahun.
  • Teknik pengairan; jumlah air yang dibutuhkan oleh palem dapat disesuaikan juga dengan ukuran dan kondisi cuaca. Secukupnya saja dan jangan berlebihan.

Kamis, 06 April 2017

banteng

Image result for banteng indonesia 
banteng (/ˈbæntɛŋ/) (Bos javanicus), also known as tembadau, is a species of wild cattle found in Southeast Asia.
Banteng have been domesticated in several places in Southeast Asia, and there are around 1.5 million domestic banteng, which are called Bali cattle. These animals are used as working animals and for their meat.[3] Banteng have also been introduced to Northern Australia, where they have established stable feral populations.[4]

Contents

Distribution and subspecies

These subspecies are recognised:[2]
  • Java banteng (B. j. javanicus): Found on Java and Bali in Indonesia, the males are black and females are buff.
  • Borneo banteng (B. j. lowi): From Borneo, they are smaller than Java banteng and the horns are steeper; bulls are chocolate-brown.
  • Burma banteng (B. j. birmanicus): In Myanmar, Thailand, Cambodia, Laos, Vietnam,and may be in India, but extinct in Bangladesh these males and females are usually buff, but in Cambodia, 20% of the bulls are blackish, and on the Malayan Peninsula in Thailand, most of the bulls are black. This subspecies is recognised by the IUCN,[2] but not by Mammal Species of the World, 3rd edition.[1]

Characteristics

Domesticated banteng as Bali bull with white socks and white rump
Balinese cow with lighter buff color
The banteng is similar in size to domesticated cattle, measuring 1.55 to 1.65 m (5 ft 1 in to 5 ft 5 in) tall at the shoulder and 2.45–3.5 m (8 ft 0 in–11 ft 6 in) in total length, including a tail 60 cm (2.0 ft) long. Body weight can range from 400 to 900 kg (880 to 1,980 lb).[5][6] It exhibits sexual dimorphism, allowing the sexes to be readily distinguished by colour and size. In mature males, the short-haired coat is blue-black or dark chestnut in colour, while in females and young it is chestnut with a dark dorsal stripe. Both males and females have white stockings on their lower legs, a white rump, a white muzzle, and white spots above the eyes. The build is similar to that of domesticated cattle, but with a comparatively slender neck and small head, and a ridge on the back above the shoulders. The horns of females are short and tightly curved, pointing inward at the tips, while those of males arc upwards, growing 60 to 75 cm (24 to 30 in) long, and being connected by a horn-like bald patch on the forehead.

Behaviour

Banteng live in sparse forest where they feed on grasses, bamboo, fruit, leaves, and young branches. The banteng is generally active both night and day, but in places where humans are common, they adopt a nocturnal schedule. Banteng tend to gather in herds of two to 30 members.